Cari Blog Ini

Senin, 03 Oktober 2011

Sabar dan Berpengharapan Dalam Menjalani Kehidupan

I Raja-raja 3:5-12 ; Mazmur 119:129-136 ; Roma 8 : 26-39 ; Matius 13:31-33,44-52

Kata-kata orang bijak memang sangat bermakna jika dikaitkan dengan kehidupan ini. Salah satunya ialah “Pengalaman adalah guru yang baik”. Namun bila direnungkan dengan saksama dan mendalam maka di satu sisi kata-kata di atas cukup menguatkan semangat, tapi pada sisi lainnya kata-kata itu memerlukan kalimat pelengkap; yakni “kesabaran adalah pelengkap pengalaman”. Memang sepanjang perjalanan hidup ada banyak pelajaran yang dipetik terangkai menjadi pengalaman yang juga bersamaan dengan itu kesabaran diuji.
Yesaya adalah contoh nabi yang segala keberadaannya belajar memperlengkapi diri dan sekaligus memperlengkapi umat berkaitan dengan ketaatan pada Tuhan. Alasan Yesaya untuk tetap menyerukan Tuhan pada umat sangat mendasar yakni bahwa Tuhan adalah gunung batu, tempat berlindung dan bahwa Tuhan tidak dapat dibandingkan dengan allah-allah lain. Sedangkan bagi Pemazmur sebagai pribadi yang penuh kelemahan adalah kesempatan yang baik jika Tuhan gunung batu itu mau menyambut umat-Nya dan kepada-Nya umat memohon pertolongan, suatu hubungan yang intens dan mendalam sebagai modal dasar dalam menjalani kehidupan.

Tidak berbeda jauh dengan yang lain dalam bacaan sebelumnya Rasul Paulus juga menekankan bahwa Allah gunung batu, tempat umat-Nya memohon pertolongan adalah Allah yang juga tetap hadir melalui Roh Kudus dan Roh itu diam di dalam kita, maka kitapun hidup dan berpengharapan, pengharapan itu pasti digenapi.

Bacaan ketiga dari Injil Matius hari ini Yesus memberikan nasihat sekaligus memaparkan sesuatu yang lebih luas. Sesuatu itu ialah dalam perjalanan hidup yang disertai Tuhan, Sang gunung batu tempat berlindung dan memohon pertolongan, tetap saja akan ada tantangan. Hal ini merupakan peringatan kemungkinan yang dialami manusia dalam hidup ialah munculnya dua bentuk kehidupan. Kehidupan yang membangun iman dan kehidupan yang merusak. Perumpamaan tentang ilalang dan gandum mengisyaratkan bahwa dalam masa penantian sambil menjalani hidup akan dibuktikan dari buah kesabaran dan ketaatan.

Di masa penghakiman benih yang baik yang ditabur dalam kesabaran dan ketaatan digambarkan sebagai gandum, sedangkan benih yang ditabur dalam ketidaksabaran dan kejahatan adalah ilalang, yang hanya menghimpit dan merusak tatanan kehidupan umat yang bergantung pada Tuhan. Hidup dalam kesabaran memang bukan hal yang mudah, tetapi jika ditambah dengan pengharapan dan ketaatan membuat kita (umat) yakin bahwa pada akhirnya Tuhan akan mengalahkan kejahatan yang menghimpit pertumbuhan iman dan menggantikan dengan kehadiran-Nya.

Karena itu tetaplah lanjutkan hidup ini berdasarkan pengalaman yang baik, terus bertekun dalam kesabaran, dan tetap berpengharapan karena gandum harus menghasilkan buah yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar